Ketika tiba di Najd, tepatnya di Bi’ir Ma’unah, ke-70 muslim itu
berhenti. Daerah itu terletak di anatara wilayah Bani Amir dan Bani Sulaim. Al Mundzir
mengutus Haram bin Milhan menemui Amr bin Ath Thufail, pemimpin Bani Sulaim. Haram
ditugasi menyampaikan surat Rasulullah SAW kepada pemimpin – pemimpin Najd. Namun,
Amir Ath Thufail sama sekali tidak membaca surat Rasulullah SAW itu. Ia bahkan
memerintahkan agar Haram bin Milhan dibunuh.
Setelah itu, Amir meminta bantuan Bani Amir untuk membunuhi kaum
muslimin yang lain. Bani Amir menolak karena mereka adalah suku Abu Bara. Mereka
tidak ingin melanggar perlindungan yang diberikan pemimpin mereka sendiri. Amir
bin Ath Thufail cepat berpaling ke suku – suku Najd yang lain. Beberapa suku
menyatakan dukungan atas pengkhianatan Amir. Dengan cepat, mereka berkumpul dan
berangkat mengepung sahabat – sahabat Rasulullah SAW di Bi’ir Ma’unah.
Mulai curiga karena Haram bin Malihan tidak juga kembali, kam
Muslimin di Bi’ir Ma’unah mulai meningkatkan kewaspadaan. Namun, segala
tindakan untuk menarik diri dari tempat itu terlambat karena dari segala penjuru
prajurit Najd mulai mengepung. Segera saja kaum Muslimin mencabut pedang dan
siap bertarung. Pertempuran tidak seimbang segera pecah. Para da’I itu
bertempur mati – matian tanpa sedikit pun niat untuk menyerah. Al Mundzir yang
saat itu tangah menegok ternak yang menjadi perbekalan mereka, berlari dan
terjun ke pertempuran. Hamper seluruh sahabat Rasulullah SAW di Bi’ir Ma’unah
gugur, kecuali dua orang.
Ka’ab bin Zaid disangka telah mati. Namun, begitu pasukan Najd
pulang, Ka’ab bangun dan pulang ke Madinah dengan tubuh dipenuhi luka. Satu orang
lagi bernama Amr bin Umayyah. Di tengah perjalanan pulang ke Madinah, Amr bin
Umayyah bertemu dua orang yang mencurigakan. Dikiranya, kedua orang itu termasuk
pasukan yang menyergap dan membunuh para sahabatnya. Pada tengah malam, Amr
menyerang dan berhasil membunuh kedua orang itu.
Sampai di Madinah, Amr melaporkan semuanya termasuk dua orang
yang ia bunuh. Namun, kedua orang itu ternyata bukanlah musuh. Mereka justru
termasuk suku Bani Amir yang telah terikat perjanjian Jiwar (Bertetangga baik)
dengan kaum Muslimin.